Hasballah Silitonga adalah laki-laki kelahiran Sawit Hulu, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, pada tahun 1972. Dia masuk Islam pada usia 44 tahun.
Saat itu dia masih berkerja sebagai seorang pemetik sawit milik PT Blang Simpo, Aceh Timur. Setelah masuk Islam, namanya diganti menjadi Hasballah dengan tetap mempertahankan marganya, Silitonga.
Dia pun menceritakan kisah dirinya saat awal mula menjadi mualaf, mengucapkan dua kalimat syahadat.
Pada suatu malam di tahun 2016, dia bermimpi, ada seorang laki-laki bersurban putih membawanya ke sebuah masjid. Setelah terbangun, mimpi itu masih melekat di dalam ingatannya, seakan-akan nyata.
Disebabkan penasaran yang besar, dia pun melaporkan hal itu kepada imam masjid setempat, yang biasa dipanggil Abon, di Gampong Seuneubok Lapang, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur.
Abon mengatakan padanya, itu adalah hidayah dari Allah untuknya, dan dia harus masuk Islam. Dia pun setuju. Maka, hari itu juga, Abon membawanya menghadap seorang ulama kharismatik Aceh di kawasan itu, yakni Tgk H Abdullah Rasyid atau Abulah Kruet Lintang, di kompleks Dayah Darul Muta’alimin Desa Kruet Lintang, Kecamatan Peureulak Timur juga. (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Abulah Kruet Lintang meninggal dunia beberapa hari lalu, Selasa 4 Mei 2021 malam sekira pukul 23.05 WIB).
Di sanalah peristiwa terpenting di dalam hidupnya terjadi, dia mengucapkan dua kalimat syahadat dalam Bahasa Arab, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad rasul Allah, dipandu oleh Tgk H Abdullah Rasyid atau Abulah Kruet Lintang.
Setelah itu, istri dan anak-anak Hasballah Silitonga juga menyusul masuk Islam. Sekarang, dia sudah punya cucu dari anaknya yang tertua. Hasballah juga memiliki anak yang masih kecil, berusia dua tahun.
Hasballah mengatakan, dalam kehidupannya setelah mualaf, dia mendapatkan bantuan dari Baitul Mal Aceh Timur lima ratus ribu Rupiah dalam setahun.
Sementara bulan ini, selama Ramadan, dia keliling Banda Aceh dan sekitarnya untuk meminta sumbangan pada masyarakat yang tertarik membantunya, juga kepada intansi pemerintah.
“Saya pernah ke rumah Mualem pada waktu beliau masih menjadi Wakil Gubernur Aceh. Beliau menerima saya dan memberi bantuan sekira dua juta Rupiah. Sebulan lalu, saya ke rumah gubernur Aceh sekarang, tetapi tidak dikasih masuk oleh petugas keamanan di sana. Instansi yang seharusnya membantu orang dhuafa juga menolak saya saat ke kantor mereka,” kata Hasballah Silitonga kepada portalsatu.com, di Banda Aceh, 8 Mei 2021.
Dia mengatakan, untuk kiesejahteraan hidupnya ke depan, dirinya membutuhkan bantuan modal untuk dapat membuat usaha sendiri di Aceh timur, sehingga tidak perlu meminta-minta karena itu membuatnya malu.
Posting Komentar
Posting Komentar