Hampir setiap anak pasti memiliki kebiasaan saat kondisi emosi tertentu, misalnya saat marah dan sedih. Apalagi pada balita yang belum bisa memahami dan mengungkapkan emosi dan perasaannya. Hal ini sering membuat Moms dan Dads cukup kesulitan memahami perilakunya, salah satunya kebiasaan memukul kepala.

Menurut ahli, kebiasaan memukul kepala pada anak saat marah merupakan salah satu tanda autisme. Namun, Moms dan Dads jangan khawatir, kebiasaan ini juga banyak dilakukan oleh balita usia 1-2 tahun dan merupakan hal yang wajar karena ia belum bisa mengungkapkan emosi dan perasaannya.

Kendati demikian, hal ini tentu membuat Moms dan Dads khawatir dan takut kalau kebiasaan ini akan membahayakan si kecil dan berlanjut meski usianya terus bertambah. Nah, penting nih untuk Moms dan Dads ketahui penyebab anak memukul kepalanya sendiri dan cara mengatasinya yang tepat. Yuk simak informasi berikut!

 

Penyebab anak memukul kepalanya sendiri di kondisi emosi tertentu

Penyebab anak memukul kepalanya sendiri
Penyebab anak memukul kepalanya sendiri | Credit by SIphotograpy on depositphoto

Kebiasaan memukul kepala sendiri pada balita bukan tanpa sebab ya Moms. Apalagi biasanya mereka memukul atau membenturkan kepalanya sendiri sambil menangis. Moms dan Dads perlu memahami kondisi anak dan mengetahui penyebab perilakunya, nih.

Mencari perhatian

Bagi setiap anak, perhatian merupakan bagian dari kebutuhan perkembangan. Maka tidak jarang anak melakukan tingkah yang sulit dipahami orang dewasa, salah satunya memukul kepalanya sendiri. Jika anak sering berada di lingkungan yang sibuk dan jarang diperhatikan atau diajak komunikasi saat bermain, bisa jadi memicu kebiasaan memukul kepalanya sendiri saat dalam kondisi butuh perhatian.

Kesulitan mengungkapkan emosi dan perasaannya

Tidak jarang anak memukul kepalanya sendiri ketika marah, sambil menangis, bahkan tantrum ketika keinginannya tidak dituruti atau saat merasa takut. Hal ini cukup wajar apalagi anak usia 1-2 tahun yang masih kesulitan berbicara.

Cara menenangkan tubuh supaya menjadi rileks

Sejumlah penelitian seputar sistem saraf mengungkap bahwa balita bisa mengeluarkan zat neurotranspitters pada saat ia mengguncang tubuhnya, seperti menghentak-hentakkan kaki ke lantai dan memukul serta membenturkan kepala. Zat inilah yang membantu mengirimkan pesan pada sel-sel saraf menuju otak, sehingga anak bisa memahami emosi dan perasaannya, kemudian membuat tubuhnya jadi lebih tenang dan rileks.

 

Cara menghadapi anak dengan kebiasaan memukul kepalanya sendiri

memeluk anak
Menghadapi kebiasaan anak yang memukul kepalanya sendiri | photo created by shurkin_son – www.freepik.com

Saat anak memukul kepalanya sendiri biasanya Moms dan Dads jadi ikutan cranky, apalagi jika dibarengi tantrum. Setelah mencoba memahami kondisi anak dan mengetahui penyebabnya, coba Moms lakukan beberapa cara berikut supaya bisa menangani anak dengan tepat sekaligus mengurangi kebiasaannya.

1.Peluk untuk cegah tindakannya saat ingin memukul kepala

saat anak mulai memukul kepala, Moms dan Dads jangan panik dan langsung melarangnya dengan kalimat. Hal ini cukup percuma karena anak yang emosi dan menangis tidak bisa mendengarkan perintah, saat diminta menghentikan aksinya, bisa jadi anak semakin keras memukul dan menangis.

Coba peluk anak, sembari menahan aksinya. Tenangkan anak dan yakinkan kalau di baik-baik saja. Jangan pernah langsung mengabulkan keinginannya jika anak sedang meminta sesuatu dan jangan menjanjikan apa pun untuk membuat anak menghentikan aksinya. Hal ini justru membuat anak menjadikan kebiasaan memukul kepala sebagai senjata saat keinginannya tidak dikabulkan.

2.Bantu anak memvalidasi perasaannya

Saat anak sudah cukup tenang, coba tanyakan apa maunya dan bagaimana perasaannya. Bantu anak untuk memahami perasaannya sendiri, kemudian arahkan apa yang harus ia lakukan. Untuk anak usia 3 tahun ke atas, Moms dan Dads bisa bantu dia untuk mengungkapkan perasaan dengan kalimat sederhana, misalnya “Mama, aku marah” atau “Mama, aku tidak suka” dan semacamnya.

Nah, untuk anak usia di bawah 3 tahun yang belum memahami kalimat, maka ajarkan ia untuk mengungkap emosinya dengan cara yang aman, misalnya mengepalkan tangan dan menghentakkan kaki ke lantai.

3.Beri anak pengertian dengan kalimat sederhana

Setelah kondisi cukup normal, coba ajak anak bicara dan berpikir bahwa tindakannya bisa menyakiti dirinya sendiri. Ungkapkan juga bahwa Moms dan Dads tidak menyukai perilaku anak tersebut. Jangan memberikan ancaman ya, saat memberinya pengertian. Ancaman justru membuat anak jadi takut dan merasa terancam, ini tidak baik untuk perkembangan emosinya.

Nah, itulah penyebab dan cara menghadapi anak dengan kebiasaan memukul kepalanya sendiri. Moms dan Dads hanya perlu lebih bersabar saat menghadapi anak yang demikian. Jika kebiasaan ini dirasa sudah tidak sesuai dengan usia perkembangannya, maka Moms dan Dads bisa konsultasikan pada ahli, misalnya psikolog anak.