Salah satu tradisi menjelang Ramadan adalah melakukan ziarah ke makam keluarga ataupun kerabat yang telah wafat. Momen ziarah kubur ini mungkin menjadi pengalaman baru bagi balita. Tidak heran jika si kecil akan memberikan beragam pertanyaan terkait topik kematian. Meski topik tersebut bukan hal yang mudah untuk dibicarakan, jangan hindari pertanyaan anak.

Biasanya, anak balita sudah memiliki sedikit pengetahuan tentang kematian yang mereka dapatkan dari buku ataupun film. Namun, tentu saja ada hal-hal yang belum mereka pahami tentang konsep kematian. Untuk itulah dibutuhkan peran Moms atau Dads untuk memberi pengertian pada anak. Inilah beberapa panduan untuk mendampingi dan berbicara mengenai kematian dengan balita.

1. Jangan gunakan kalimat kiasan atau perumpamaan

memeluk anak
Dampingi dan beri pengertian pada anak tentang kematian | photo created by prostooleh – www.freepik.com

Saat anak bertanya tentang kematian, hindari mengatakan kalimat kiasan seperti beristirahat selamanya atau tidur dengan tenang. Hal tersebut akan memberi pesan yang salah dalam benak si kecil. Bisa jadi, ia akan berpikir bahwa kematian terjadi saat tidur dan bersitirahat. Gunakan kalimat lugas dan mudah dipahami anak. Katakan bahwa saat seseorang meninggal maka tubuh ya sudah tidak berfungsi lagi. Hal ini akan terjadi secara permanen dan tidak dapat diperbaiki.

2. Angkat topik mengenai kematian lewat kejadian sehari-hari

membaca buku
Diskusikan tentang kematian lewat contoh sederhana atau buku cerita | photo created by tirachardz – www.freepik.com

Mendiskusikan topik kematian dengan balita yang sangat ingin tahu akan sangat sulit dilakukan saat kita sendiri sedanf berduka. Itu sebabnya, para ahli menyarankan agar Moms dan Dads mengangkat topik ini dalam perbincangan sehari-hari. Ambil contoh sederhana misalnya saat tanaman di depan rumah telah layu dan tidak tumbuh lagi atau saat melihat serangga mati yang sedang dibawa oleh sekumpulan semut.

Selain itu, Moms juga bisa mulai mendikusikannya lewat membaca buku cerita. Pada cerita Lion King misalnya, saat Simba kehilangan ayahnya. Jika Moms membicarakannya dalam kondisi tenang, Moms bisa lebih mengantisipasi berbagai pertanyaan tidak terduga dari si kecil tentang kematian.

3. Jawab pertanyaan anak dengan konsisten

Memeluk anak
Jawab pertanyaan anak dengan jujur dan konsisten | photo created by freepik – www.freepik.com

Meski telah dijelaskan sebelumnya, anak balita masih sulit memahami bahwa kematian adalah hal yang abadi. Besarkan hati Moms dan Dads jika si kecil berkali-kali bertanya tentang kepergian sosok yang ia sayangi. Jawablah pertanyaan si kecil dengan tenang dan konsisten.

4. Beri anak contoh mengekspresikan kesedihan secara sehat

memeluk anak
Ekpresikan kesedihan secara sehat di hadapan anak | photo created by shurkin_son – www.freepik.com

Saat Moms dan Dads sedih, tidak apa untuk menangis di depan anak. Jangan beri anak kesan bahwa menangis adalah dosa dengan melarangnya menangis atau mengalihkan tangisan dengan hal lain. Pastikan juga si kecil tahu bahwa tangisan Moms dan Dads bukan disebabkan oleh dirinya. Berikan anak contoh untuk mengekspresikan kesedihan dengan cara yang sehat.

5. Bantu anak kembali pada rutinitasnya

anak bermain
Bantu anak menjalani rutinitasnya kembali | photo created by prostooleh – www.freepik.com

Anak balita yang memiliki rutinitas teratur cenderung akan cenderung lebih tenang dan merasa aman. Momen besar seperti kematian orang terdekat, mungkin akan menggangu ritme keseharian si kecil. Biasanya, ketidaknyamanan ini akan diekpresikan melalui tantrum atau kerewelan. Setelah melewati fase berduka, bantulah si kecil untuk segera kembali pada rutinitasnya. Hal ini akan membantunya untuk lebih tenang dan mudah menghadapi kehilangan.

Itulah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memberi pengertian pada balita tentang kematian. Moms perlu waspada jika si kecil menunjukkan tanda-tanda kesedihan atau murung dalam waktu yang lama. Segera minta bantuan profesional untuk menjadwalkan sesi konseling pada anak. Satu hal yang perlu Moms dan Dads ingat, tidak perlu terus-menerus berusaha untuk menjadi orangtua sempurna. Tidak apa untuk mengekspresikan kesedihan secara sehat di hadapan si kecil.