Dua bayi dilahirkan dari dua wanita di tengah pengungsian di Mamuju, usai gempa mematikan Mamuju bermagnitudo 6,2 di wilayah terdampak Sulawesi Barat.
Bidan yang membantu persalinan menceritakan perjuangan kedua ibu itu hingga melahirkan usai menyelamatkan diri saat gempa dan mengungsi di kebun warga di Lorong Daala sampai Sombopu Kelurahan Galung Utara Kecamatan Tapalang, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021).
Nirwana Nur bidan yang membantu proses persalinan menyebutkan kalau kedua ibu masing-masing Munirwati dan Wati melahirkan dengan selamat.
"Ibu pertama (Munirawati) memang sudah memanggil saya saat sebelum gempa 6,2 (skala richter) itu. Terus saya bangun, tidak lama kemudian terjadi gempa," kata Nirwana Nur seperti yang dihubungi INDOZONE, Sabtu (16/1/2021).
Usai terjadi gempa mematikan itu, dia pun mengungsi bersama keluarganya. Dalam kondisi hujan deras keluarga Munirawati, ibu hamil itu melihat dirinya turut dalam pengungsian.
"Ada keluarganya yang lihat saya di pengungsian. Jadi saya langsung ke sana lagi. Pas saya periksa masih pembukaan satu. Jadi saya tunggui sampai pagi," kata Nirwana.
Ditunggu sampai pagi wanita itu belum juga melahirkan, padahal ketuban sudah pecah saat gempa terjadi.
Ibu melahirkan usai gempa mematikan di Mamuju. (Ist)
Nirwana mengatakan kalau saat itu dia tidak membawa perlengkapan medis untuk persalinan hingga dia pulang kembali ke rumah untuk kebutuhan seperlunya.
"Saya pantau terus. Jadi melahirkan (Jumat) jam 10 malam. Padahal sebenarnya ketuban sudah pecah saat gempa. Kondisi ibunya sekarang baik, bayinya juga sehat," bebernya.
Padahal saat itu sang ibu sempat jatuh saat gempa. Bagian belakang di tubuh bagian punggung kesakitan.
Sementara Wati, ibu kedua juga melahirkan dalam pengungsian kemarin malam. Tidak ada kesulitan berarti saat menunggu kelahiran bayi yang kedua di dalam pengungsian ini.
"Ibu yang kedua kemarin malam jam 2 (dini hari). Sebenarnya prosesnya tidak lama melahirkan. Gak lama dia merasa kesakitan langsung melahirkan. Cuma dia plasentannya yang lama (pecah)," kata Nirwana.
Wati usai melahirkan dalam kondisi stabil, begitu juga bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat.
"Ibunya cuma hipertensi," ujarnya.
Kekurangan saat ini menurut Nirwana untuk kebutuhan bayi yang baru lahir itu kekurangan selimut dan popok untuk bayi.
Begitu dengan pasokan obat-obatan, makanan dan air bersih bagi pengungsi yang lain terdampak gempa juga tidak mencukupi.
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan korban meninggal dunia akibat gempa bumi di Sulawesi Barat sebanyak 46 jiwa yang terdiri atas sembilan korban di Majene dan 37 korban jiwa di Mamuju.
Situasi pengungsian di Tapalang, Mamuju. (Ist)
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Dr Raditya Jati, dalam taklimat media di Jakarta, Sabtu, mengatakan gempa yang terjadi pada Jumat (15/1) tersebut mengakibatkan sebanyak 15.000 jiwa terdampak dan mengungsi.
“Sebanyak 10 titik pengungsi di Majene dan lima titik pengungsi di Mamuju,” kata dia.
Gempa bumi dengan magnitudo 6,2 tersebut mengakibatkan 826 jiwa mengalami luka-luka yang terdiri dari Majene sebanyak 637 jiwa dan Mamuju sebanyak 189 jiwa.
Gempa tersebut mengakibatkan kerugian materil yakni satu unit kantor Danramil rusak, satu unit fasilitas kesehatan rusak, 415 rumah rusak, dan satu minimarket rusak di Kabupaten Majene.
Sementara di Kabupaten Mamuju mengakibat satu unit hotel rusak, satu minimarket rusak, satu unit kantor Gubernur Sulbar, dua unit fasilitas kesehatan, satu unit jembatan rusak, dan satu unit pelabuhan rusak.
Gempa tersebut juga mengakibatkan tiga titik jalan di Majene putus, jaringan listrik padam dan jaringan seluler putus. Saat ini, listrik dan jaringan seluler kembali pulih. Untuk jalan juga sudah bisa dilalui.
Dia menambahkan BNPB memberikan bantuan dana sebesar Rp4 miliar, delapan set tenda isolasi, 19 set tenda pengungsi, lima unit light tower, 2.004 makanan tambah gizi, 2.004 makanan siap saji, 500 paket baby kit, 500.000 masker kain, 200 unit velbed, 700 lembar selimut dan empat unit heli dikerahkan.
Saat ini, kebutuhan mendesak yang diperlukan yakni sembako, selimut dan tikar, tenda pengunsi, pelayanan medis, masker, alat komunikasi, terpal, alat eskavator, air dan sanitasi, protokol kesehatan belum diterapkan di pengungsian, dan APD untuk petugas.
Posting Komentar
Posting Komentar