Emosi negatif pada diri individu paling umum biasanya berupa amarah. Baik pada orang dewasa maupun anak-anak, bahkan usia balita pun bisa merasakan emosi negatif ini. Ya, selain menangis, balita juga bisa mengungkapkan perasaannya lewat amarah.

Moms dan Dads perlu mengetahui penyebab anak suka marah-marah nih. Sebab, kemampuan mengungkapkan emosi negatif pada anak-anak bisa saja tidak tepat. Mereka bisa saja mengungkapkan segala macam perasaan dengan marah-marah.

Jika hal ini dibiarkan, tentu tidak baik untuk perkembangan emosi dan komunikasi anak ya Moms. Apakah Moms pernah menghadapi anak yang suka marah-marah? Bagaimana cara menghadapinya yang tepat ya?

 

Penyebab anak balita suka marah-marah karena hal yang orang tua anggap sepele

Penyebab anak suka marah-marah
Penyebab anak suka marah-marah | Foto oleh ilona75 dari Depositphoto

Baik orang dewasa maupun anak-anak, pasti memiliki sebab yang memicu amarah. Meski sebagai bentuk emosi yang cukup wajar, tapi Moms dan Dads perlu waspada nih kalau anak selau mengekspresikan perasaannya dengan marah-marah, misalnya berteriak, membentak, bahkan hingga tantrum. Melansir dari Mayoclinic, berikut beberapa penyebab balita suka marah-marah:

1. Suasana hati yang kurang baik alias badmood

Menyoal suasana hati anak ini, biasanya dipicu oleh berbagai hal mulai dari kondisi kesehatan yang kurang fit, mengantuk, rasa takut atau ada keinginan yang dipendam dan kesulitan mengungkapkannya. Kondisi ini membuat suasa hati anak menjadi buruk dan bisa memicu amarah

2. Kesepian yang membuat emosinya tidak terkontrol

Pada anak-anak usia balita, komunikasi bisa membantunya menontrol emosi dan mengendalikan diri, terutama ketika bermain. Kondisi kesepian ternyata membuat emosi anak kurang terkontro. Apalagi jika ia menginginkan suasana yang lebih ramai untuk sekadar bermain.

3. Mencari perhatian orang terdekat

Anka-anak sebenarnya tidak pernah kehilangan akal untuk mencari perhatian orang terdekat, terutama Moms dan Dads. Salah satu caranya yakni dengan marah-marah. Apabila sekali ia merasa diabaikan dan kurang diperhatikan, kemudian emosi negatifnya muncul dengan amarah, dan langsung mendapat perhatian, maka selanjutnya anak akan menggunakan amarah untuk meminta perhatian.

4. Melihat contoh orang-orang di sekitarnya

Anak adalah peniru yang ulung, maka bisa jadi penyebab anak suka marah-marah adalah karena ia meniru seseorang. Termasuk cara bicara yang berteriak hingga membentak adalah amarah yang paling mudah ditiru oleh anak untuk mengungkapkan perasaannya.

5. Pengaruh gadget membuat emosi anak sulit terkontrol

Seringkali orang tua memilih memberikan gadget pada anak sebagai hiburan, supaya anteng dan tidak banyak tingkah. Sayangnya, tayangan yang anak tonton seringkali mengandung unsur kekerasan dan membuat anak membentuk karakter pemarah. Bahkan seringkali permainan atau game juga memicu anak menjadi agresif dan kesulitan mengontrol emosi.

 

Cara tepat menghadapi anak balita yang suka marah-marah

cara menghadapi anak suka marah-marah
Cara menghadapi anak marah | Foto oleh ilona75 dari Depositphoto

Meski merupakan salah satu cara mengekspresikan perasaan, tapi kebiasaan marah-marah memang tidak baik. Apalagi jika sampai marah-marah dijadikan senjata bagi anak supaya keinginannya bisa dituruti, Nah, beginilah cara paling tepat menhadapi balita yang suka marah-marah:

1. Kontrol emosi Moms dan Dads supaya tidak ikut terpancing emosi

Sebelum membantu anak dan menghadapi amarahnya, lebih baik Moms dan Dads kendalikan diri sendiri dulu. Jika dalam kondisi lelah dan berpotensi terpancing emosi, maka lebih baik menjauh dari anak yang sedang marah-marah lebih dulu.

Sering sekali perkara anak marah-marah yang sebenarnya sepele justru jadi rumit dan panjang karena orang tua ikut terpancing emosi dan tidak bisa mengendalikan diri. Hal ini tentu tidak baik karena anak tidak mendapat contoh pengendalian emosi, dan bisa menimbulkan trauma jika sampai anak dibentak.

2. Bantu anak memvalidasi perasaannya

Biasanya, anak marah-marah karena ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya, baik itu sedih, kecewa dan takut. Maka, saat anak marah-marah, Moms dan Dads jangan terburu ikut emosi ya. coba bantu anak memvalidasi perasaannya dengan menanyakan apa penyebab ia marah. Lalu tunjukan perasaan yang sebenarnya ia rasakan.

3. Ajarkan anak menyalurkan emosi negatifnya selain dengan marah-marah

Sering sekali anak tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk memberitahu orang lain bahwa ia sedang marah. Maka yang sering terjadi adalah teriakan dan bentakan yang bisa berujung tantrum. Coba ajarkan anak untuk mengungkapkan amarahnya dengan kalimat sederhana, misalnya “aku marah” atau dengan mengentakan kaki ke lantai untuk menyalurkan emosinya.

4. Bantu anak menenangkan diri dan mencari solusi

Ketika perasaannya bisa dideskripsikan dan energi dari emosi negatifnya sudah tersalurkan, coba Moms dan Dads bantu anak supaya lebih tenang. Kemudian tanyakan apa kemauannya dan bantu cari solusi. Di sinilah peran Moms dan Dads sebagai orang tua yang membimbing anak sangat dibutuhkan. Ajukan negosiasi jika keinginan anak tidak bisa diwujudkan.

Nah, itulah penyebab anak balita suka marah-marah dan cara menghaapinya paling tepat. Sebagai orang tua, Moms dan Dads tentu harus lebih sabar menghadapi kondisi emosi anak. Apalagi jika ia masih kesulitan mengungkapkan perasaannyaa. Jangan sampai Moms dan Dads jadi ikut emosi dan membentak anak yang sedang marah-marah ya!